organicjuicebardc.com

organicjuicebardc.com – Pada tanggal 21 Mei, penerbangan SQ321 milik Singapore Airlines, yang melayani rute dari London ke Singapura, mengalami turbulensi udara yang sangat ekstrem dan tidak terduga di wilayah Cekungan Irrawaddy, Myanmar. Catatan dari Flightradar24 menunjukkan bahwa Boeing 777-300ER tersebut mengalami perubahan ketinggian yang drastis dalam hitungan detik.

Kecelakaan ini menyebabkan para penumpang di dalam kabin pesawat terpental dengan kekuatan yang signifikan, beberapa di antaranya terlempar dari tempat duduk mereka atau menabrak kompartemen bagasi di atas. Akibat dari insiden ini, seorang penumpang berusia 73 tahun, warga negara Inggris, meninggal dunia karena diduga serangan jantung, dan beberapa puluh lainnya menderita luka-luka yang bervariasi.

Selama 24 jam berikutnya, tim medis di Rumah Sakit Samitivej Srinakarin, tempat penanganan medis diberikan kepada penumpang yang terkena dampak, bekerja secara bergantian untuk memberikan perawatan yang diperlukan. Mereka menangani setidaknya 10 kasus yang kritis dan melaksanakan sembilan operasi dalam jangka waktu yang sama.

Dr. Saran Intakul, wakil direktur Rumah Sakit Samitivej Srinakarin, menjelaskan bahwa setelah menerima panggilan darurat, mereka hanya memiliki waktu sekitar 15 menit untuk melakukan persiapan, dan ambulans pertama tiba di rumah sakit dalam waktu singkat. Dengan sekitar 20 dokter, 50 perawat, dan staf medis lainnya yang mencapai jumlah puluhan, rumah sakit segera memulai evaluasi terhadap pasien yang tiba dengan ambulans, kemudian mengirim mereka ke departemen yang sesuai untuk perawatan lebih lanjut.

Cedera yang paling serius termasuk perdarahan di kepala, cedera pada tulang belakang, dan kemungkinan kelumpuhan, seperti dikemukakan oleh Dr. Krittanai Thangsakul, direktur trauma di rumah sakit yang menangani pasien dengan cedera yang paling kritis. Untuk menghadapi situasi ini, rumah sakit telah menyusun tim medis cadangan, termasuk ahli bedah umum dan spesialis tulang belakang, serta menyediakan bank darah sebagai persiapan yang matang.

Meskipun semua pasien di Samitivej berada dalam kondisi stabil, Dr. Krittanai menyatakan bahwa proses pemulihan bagi beberapa orang dapat memerlukan waktu yang cukup lama, berminggu-minggu atau bahkan bertahun-tahun, khususnya bagi mereka yang mengalami cedera tulang belakang yang parah atau melalui operasi yang besar. Beberapa pasien juga masih memerlukan rehabilitasi fisik yang intensif dan kemungkinan akan memerlukan perawatan lanjutan meskipun mereka telah dipulangkan dari rumah sakit.